Hubungan masa kerja, jenis kelamin dan iklim kerja dengan kelelahan kerja di PT Batik X

Authors

  • Ronaa Asri Siti Aminah Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta
  • Mitoriana Porusia Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta

DOI:

https://doi.org/10.33024/hjk.v18i5.284

Keywords:

Iklim Kerja, Jenis Kelamin, Kelelahan Kerja, Masa Kerja

Abstract

Background: Excessive and continuous workload can cause physical and mental fatigue. Fatigue is a physical and mental condition that results in a decrease in a person's performance and endurance at work. Fatigue can cause reduced motivation to work because it has an impact on a person's psychological condition, and can even make a person stop working because they are unable to continue their duties. Factors such as lack of rest, poor health, and high workload can lead to burnout at work.

Purpose: To determine the factors related to work fatigue in production workers.

Method: Descriptive quantitative research with a cross sectional approach to identify factors related to work fatigue. The population in this study were all production workers at the Batik X Company. The independent variables in this research are length of service, gender, and work climate, while the dependent variable is work fatigue. The instruments used were questionnaire sheets and air measuring instruments, while data analysis used univariate and bivariate chi-square tests.

Results: There were 15 (83.3%) workers who had worked <5 years with mild levels of fatigue, while 75 (86.4%) respondents who had worked ≥ 5 years experienced moderate levels of fatigue. A total of 35 (53.1%) male workers experienced moderate level of fatigue, while 31 (46.9%) female workers experienced mild fatigue. Workers with a work climate that did not comply with NAB experienced moderate fatigue as many as 34 (52.5%) respondents, while workers with an appropriate work climate experienced moderate fatigue as many as 32 (48.5%) respondents.

Conclusion: There is a significant relationship between length of service, gender, and work climate with work fatigue as shown by the results of the statistical test p-value = 0.000 (< 0.05).

Suggestion: Workers must understand the limits of their abilities or body condition in carrying out daily work activities and get into the habit of stretching their muscles between working hours so that blood circulation remains stable, while companies should conduct regular work climate surveys to identify problems that occur.

 

Keywords: Gender; Job Fatigue; Length of Service; Work Climate.

 

Pendahuluan: Beban kerja yang berlebihan dan terus-menerus dapat menyebabkan kelelahan fisik dan mental. Lelah atau fatigue adalah keadaan fisik dan mental yang mengakibatkan penurunan dalam kinerja dan ketahanan tubuh seseorang terhadap pekerjaan. Kelelahan dapat menyebabkan kurangnya motivasi untuk bekerja karena dampaknya pada kondisi psikologis seseorang, bahkan bisa membuat seseorang berhenti bekerja karena tidak mampu melanjutkan tugasnya. Faktor-faktor seperti kurangnya istirahat, kesehatan yang buruk, dan pembebanan kerja yang tinggi dapat menyebabkan kelelahan di tempat kerja.

Tujuan: Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kelelahan kerja pada pekerja bagian produksi.

Metode: Penelitian kuantitatif deskripsi dengan pendekatan cross-sectional untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang berhubungan dengan kelelahan kerja. Populasi dalam penelitian ini adalah semua pekerja bagian produksi PT Batik X, sampel diambil menggunakan teknik simple random sampling dengan jumlah 130 responden. Variabel independen dalam penelitian ini adalah masa kerja, jenis kelamin, dan iklim kerja, sedangkan variabel dependen adalah kelelahan kerja. Instrumen yang digunakan adalah lembar kuesioner dan alat ukur udara, sedangkan analisis data menggunakan univariat dan bivariate uji chi-square.

Hasil: Pekerja yang memiliki masa kerja <5 tahun dengan tingkat kelelahan ringan sebanyak 15 (83.3%), sedangkan pekerja dengan masa kerja ≥ 5 tahun mengalami tingkat kelelahan sedang sebanyak 75 (86.4%) responden. Pekerja laki-laki mengalami tingkat kelelahan sedang sebanyak 35 (53.1%) responden, sedangkan pekerja perempuan mengalami kelelahan ringan sebanyak 31 (46.9%) responden. Pekerja dengan iklim kerja tidak sesuai NAB mengalami kelelahan sedang sebanyak 34 (52.5%) responden, sedangkan iklim kerja sesuai mengalami kelelahan sedang sebanyak 32 (48.5%).

Simpulan: Terdapat hubungan yang signifikan antara masa kerja, jenis kelamin, dan iklim kerja dengan kelelahan kerja, ditunjukkan dengan hasil uji secara statistik p-value = 0.000 (< 0.05).

Saran: Bagi pekerja harus memahami batas kemampuan diri atau kondisi tubuh ketika melakukan aktivitas kerja sehari-hari dan membiasakan melakukan peregangan otot di sela-sela pekerjaan agar peredaran darah tetap stabil, sedangkan bagi perusahaan agar melakukan survei terhadap iklim kerja secara rutin untuk mengidentifikasi masalah yang terjadi.

 

Kata Kunci: Iklim Kerja; Jenis Kelamin; Kelelahan Kerja; Masa Kerja.

Published

2024-07-29

How to Cite

Aminah, R. A. S., & Porusia, M. (2024). Hubungan masa kerja, jenis kelamin dan iklim kerja dengan kelelahan kerja di PT Batik X. Holistik Jurnal Kesehatan, 18(5), 652–659. https://doi.org/10.33024/hjk.v18i5.284